1. ANTONINO ACCARDO
Antonino Accardo lahir di Chicago pada 28 April 1906. Dia tumbuh di lingkungan orang-orang Sicilia di daerah Northwest Side di Chicago. Sebagai remaja, Accardo memulai kehidupan kriminalnya sebagai pencopet, dan kemudian berkembang sebagai pencuri mobil. Dia tertangkap beberapa kali, tapi tidak pernah dipenjara.
Selama masa hukuman percobaan Accardo mulai sering nongkrong di Circus Cafe di daerah North Avenue, yg dimiliki oleh seorang gangster yg bernama John Moore, alias Claude Maddox, yg mempunyai koneksi dengan organisasi penyelundup yg dipimpin John Torrio. Accardo lalu mulai bekerja untuk geng milik Torrio, menjadi seorang ‘pelaksana’/algojo. Sewaktu bekerja sebagai seorang algojo dia mendapat julukan: “Joe Batters” (Joe si Pemukul), karena dia memukul orang yg tidak mau membayar utangnya tepat di kepala dengan menggunakan alat pemukul baseball. Talentanya tidaklah diabaikan oleh bos organisasi kejahatan paling terkenal di Chicago, John Torrio.
Pada usia 20 tahun, dia menjadi anggota di geng yg dipimpin oleh Al Capone. Di geng Chicago, sang bos akan menjelaskan peraturan anggota (tetap setia, jangan berkhianat) dan kemudian diakhiri dengan jabatan tangan. Tidak ada upacara semacam menusuk jari tangan untuk meneteskan darah atau membakar kartu orang-orang suci. Kurangnya upacara semacam itu tidaklah membuat Accardo kurang memiliki loyalitas. Saat musuh-musuh menembakkan senjatanya ke arah Al Capone, Accardo-lah yg menjadikan dirinya sebagai tameng hidup. Accardo kemudian di-promosikan menjadi supir pribadi dan sekaligus bodyguard. Pada tahun 1930-an, Accardo telah menjadi seorang “capo” (kira2 artinya: anggota senior) di geng Chicago Outfit yg dipimpin Al Capone, membawahi operasional perjudian.
Di bawah kendali Accardo, The Outfit meluaskan ekspansi bisnis Las Vegas-nya. Pada 1950-an, Accardo dan The Outfit meng-investasikan jutaan dolar dalam bisnis kasino Las Vegas, di antaranya kasino The Riviera, The Stardust dan The Tropicana. Pada saat inilah Accardo mulai memanfaatkan bawahannya Salvatore “Mooney” Giancana sebagai bos garis depan. Kekuasaan yg asli, bagaimanapun, tetap berada di tangan Accardo (dan Paul “The Waiter” Ricca). Karena Giancana-lah The Outfit membuat perjanjian dengan Joseph Kennedy: The Outfit akan menyuplai suara bagi kandidat presiden John F. Kennedy, sebagai balasannya, Kennedy akan menjadi ‘backing’ bagi The Outfit, terutama untuk kepentingan bisnis Las Vegas-nya. Giancana melihat hal tersebut bagaikan gunung emas, begitu juga Accardo. The Outfit lalu memulai hubungannya dengan Gedung Putih.
Namun, ‘mood’ mereka berubah saat John F. Kennedy menunjuk saudaranya, Robert, untuk memburu dan menjerat hukum geng tersebut. Pada 1965, Giancana dijebloskan ke penjara atas tuduhan pencemaran nama baik, pada 1966 dia keluar dari penjara, dan kemudian dipanggil oleh Accardo dan Ricca. Pada pertemuan tersebut Giancana dicopot jabatannya sebagai bos dan diperintahkan untuk meninggalkan Negara. Dia melakukannya, tapi masih merasa terikat dengan kasino-kasino yg pernah dia kelola, yg memberikannya kekayaan jutaan dolar. Accardo meminta bagian dari kekayaan tersebut, namun Giancana menolaknya. Pada 18 Juni 1975 Giancana ditembaknya mati di ruangan bawah tanahnya.
Pada saat-saat inilah Joseph Aiuppa menjadi bos The Outfit yg baru, sedangkan Accardo sudah setengah pensiun. Setengah pensiun, namun masih menjadi orang yg ditakuti. Pada bulan Januari 1978 rumah Accardo mengalami pencurian. Accardo memerintahkan Aiuppa untuk memanggil Anthony Spilotro. Saat perintah Accardo untuk memburu orang-orang yg bertanggung jawab terhadap pencurian tersebut keluar, terjadi eksodus besar-besaran dari daerah Illinois para pencuri dan perampok. Orang-orang yg diburu tersebut akhirnya ditemukan. Semuanya dibunuh, dan saat-saat terakhir hidup mereka sangatlah menderita. Satu orang dikebiri dan wajahnya dibakar dengan menggunakan api gas karbit. Pesannya jelas: Jangan macam-macam dengan Tony Accardo. Dan tidak ada yg berani. Pada 27 Mei 1992, Antonino “Joe Batters” Accardo meninggal karena gagal jantung di Rumah Sakit St. Mary of Nazareth di Chicago. Usianya 86 tahun. Sepanjang masa hidupnya, dia tidak pernah menghabiskan satu malam pun di penjara (padahal kejahatannya tiada tara banyaknya), kekuatan-kekuatan hukum telah mencobanya, dan GAGAL.
THE CHICAGO OUTFIT
Estimasi Jumlah Anggota: antara 50-90 orang anggota.
Boss yg pertama: James "Big Jim" Colosimo
Kegiatan utama: perjudian, pemerasan, dan loan sharking (artinya kira2: penggelapan pinjaman dari Bank, CMIIW)
Boss: The Chicago Outfit sangatlah merahasiakan mengenai boss-boss-nya. Selama decade terakhir, beberapa nama mengemuka: Joseph Lombardo, James Marcello, John DiFronzo. Dari ketiga orang ini hanya DiFronzo yg hidup bebas. Dua yg lainnya dituduh bersalah. Apakah DiFronzo betulan boss yg baru sangatlah terbuka untuk didiskusikan. Berdasarkan sebuah artikel di The Chicago SunTimes, seorang 84 tahun Alphonse Tornabene juga merupakan pemimpin penting The Outfit. Dia diduga berperan sebagai Consigliere (bhs Italia: Penasihat). Tornabene pernah terlihat melakukan pertemuan dengan gangster Anthony Zizzo, yg hilang pada 2006.
BAGAN ORGANISASI CHICAGO OUTFIT
CHICAGO GANGSTERS:
BOSSES:
Joseph "The Clown" Lombardo (in prison)
Joseph "Joey Doves" Aiuppa (dead, natural causes)
Antonino "Joe Batters" Accardo (dead, natural causes)
Paul "The Waiter" Ricca (dead, natural causes)
Salvatore "Momo" Giancana (whacked)
Al "Scarface" Capone (dead, natural causes)
SOLDIERS:
Anthony "The Ant" Spilotro (whacked)
Sam "Mad Sam" DeStefano (whacked)
2. Albert Anselmi and John Scalise
Albert Anselmi dan John Scalise melarikan diri ke Chicago dari kampung halaman mereka di Marsala saat mereka terkena tuduhan melakukan pembunuhan. Di Chicago mereka bergabungdengan Genna Gang di distrik Little Italy. Kedua algojo tukang tembak tersebut berkoar bahwa mereka datang ke Amerika untuk meraup uang masing-masing $1,000,000 dan akan pulang ke kampung halaman mereka sebagai orang kaya, kemudian mereka akan menyogok para hakim agar mereka dapat lolos dari tuduhan pembunuhan yg ditujukan pada mereka. Genna Gang membayar mereka dengan baik untuk aksi-aksi pembunuhan yang mereka lakukan. Aksi-aksi mereka lalu menjadi bahan pembicaraan di kalangan dunia bawah tanah. Sebuah cerita mengatakan bahwa salah seorang korban mereka meminta pengampunan dengan mengangkat kedua tangannya dalam posisi seperti orang berdoa, namun Anselmi dan Scalise menembak kedua tangannya itu sebelum menembak kepalanya.
Anselmi dan Scalise meng-impor banyak tekhnik membunuh mereka dari Italia. Salah satunya adalah dengan mengoleskan bawang putih ke permukaan peluru sebelum mereka menggunakannya. Teorinya adalah, jika peluru tersebut tidak dapat membunuh si korban, maka luka yang terinfeksi bawang putih tersebut akan membunuhnya. Mereka juga memperkenalkan tekhnik “jabatan tangan” yang telah sukses membunuh boss mafia keturunan Irlandia, Dion O’Banion. Anselmi yang tenaganya lebih kuat akan menawarkan jabatan tangan persahabatan dan akan menahan tangan si korban bagaikan cengkraman baja agar si korban tidak sempat meraih senjatanya. Kemudian Scalise akan menembak si korban di wajahnya. Namun, tidaklah biasa bagi mereka berdua meng-eksekusi korban di tengah keramaian tanpa mempedulikan orang-orang sekitar yang tidak bersalah.
Anselmi dan Scalise akhirnya membelot dari Genna Gang saat mereka mendapat perintah untuk membunuh Al Capone. Mereka menyadari bahwa meskipun mereka berhasil membunuh Al Capone, anak buah Capone pasti akan mengejar-ngejar mereka untuk melakukan pembalasan. Jadi mereka pergi ke geng Capone untuk menawarkan jasa mereka kepadanya, bekerja kepada geng Capone (The Chicago Outfit). Capone menerima mereka tanpa sepengetahuan Genna Gang. Mereka berdua-lah yang kemudian bertanggung jawab atas jebakan yang membuat bersaudara Genna saling membunuh satu sama lain.
Kemudian di tahun 1920-an, sebuah perjanjian damai hampir tercapai dengan geng O’Banion yang kepemimpinannya telah dipegang Hymie Weiss. Namun kesepakatan akhirnya berantakan saat Weiss meminta Capone bertanggung jawab atas perbuatan anggotanya (Anselmi dan Scalise) yang telah membunuh pemimpin terdahulu mereka, Dion O’Banion. Capone, yang selalu jujur dan setia kepada anggotanya, menolak menyerahkan Anselmi dan Scalise dengan berkata: “Saya tidak akan melakukannya untuk anjing kuning seperti kalian!” ("I wouldn't do that to a yellow dog!").
Pasangan pembunuh tersebut akhirnya terbunuh di tangan Capone sendiri. Capone melakukannya karena dia telah memperoleh bukti kuat bahwa Anselmi dan Scalise bersama Joe Giunta akan melakukan konspirasi dengan boss mafia lainnya Joe Aiello, untuk membunuh Al Capone dan mengambil alih kekuasaan The Chicago Outfit. Capone sebenarnya telah mendengar desas-desus tersebut, namun dia kaget saat mengetahui bahwa kedua pembunuh andalannya ikut terlibat dengan konspirasi tersebut. Apalagi dia telah melindungi keduanya saat Weiss meminta pertanggung jawaban atas pembunuhan O’Banion. Frankie Rio, andalan lain dari geng Capone, menawarkan sebuah rencana kepada Capone untuk membuktikan konspirasi tersebut. Rio dan Capone akan pura-pura bertengkar hebat di depan para saksi. Rio bahkan memukul wajah Capone. Esoknya, Scalise dan Anselmi mendekati Rio dan menawarkannya untuk bergabung bersama mereka dalam rencana membunuh Capone. Rio menghabiskan beberapa hari bersama Anselmi dan Scalise dan saat dia telah mendapatkan semua detail rencananya, dia kembali untuk melapor kepada Capone. Pada 7 Mei 1929, Capone mengadakan sebuah makan malam bersama Scalise, Anselmi dan Guinta. Selama makan malam tersebut, Capone menuduh para tamu makan malamnya bahwa mereka telah membuat sebuah rencana untuk membunuh dirinya. Tanpa banyak basa-basi lagi, Capone menembak kepala Scalise dan Guinta. Saat Capone tiba pada giliran Anselmi, Anselmi memohon ampun kepada Capone dan berkata bahwa semuanya itu rencana Scalise dan Guinta, dan dia tidak tahu apa-apa. Capone memotong kata-katanya dengan sebuah tembakan. Capone telah membunuh mereka bertiga untuk alasan yang tepat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar